Pages

Rabu, 17 Februari 2016

Untitled

Entah apa yang harus aku lakukan saat hari-hariku sudah tak ada lagi kamu di dalamnya. Mungkin, sudah tak akan ada lagi keheningan yang tercipta saat kita sama-sama berhenti bercerita. Tak ada lagi debar bahagia saat kita berbagi suka. Tak ada lagi rasa penasaran saat salah satu dari kita menyimpan rencana.

Kehilangan. Seharusnya sudah bukan lagi hal yang tak biasa. Bukankan kita sama-sama pernah kehilangan ? Lalu membiarkan kehilangan benar-benar hilang hingga dirasa hampa. Rasanya lega saat kehilangan bukan lagi hal yang sulit untuk dilepaskan. Lantas mengapa sekarang kehilangan menjadi sesuatu yang mulai begitu menakutkan.

Seharusnya mudah bagi kita untuk melalui ini semua. Mudah jika kita tak sama-sama memperjuangkan ego yang ada. Lantas, mengapa kesibukan masih dianggap sebagai penghalang. Lalu, mengapa rindu dianggap sebagai pengganggu. Bukankah seharusnya kita sama-sama mengerti. Bahwa aku masih seorang perempuan yang selalu mengandalkan perasaan, Sedangkan kamu, lelaki dengan pikiran sebagai pondasi. 

Terlalu banyak kemungkinan yang bisa terjadi. Bagaimana jika nantinya kamu terbiasa dengan segala pekerjaan hingga lupa ada seseorang yang senantiasa mendoakan agar segala urusanmu dimudahkan. Bagaimana jika nantinya aku akan terbiasa sendiri tanpa peduli ada atau tak adanya kamu di sisi. Bagaimana jika nanti kita bukan lagi kita yang saling berbagi, melainkan kita yang hanya berfokus pada diri tanpa memikirkan satu sama lain lagi. Sungguh, bukan ini yang aku ingini.

Jika bukan kamu lalu siapa lagi. Dalam semua rencana kedepanku saat ini adalah kamu yang menjadi peran utama. Jika bukan kamu, maka rencanaku akan berlalu. Karna kamu bukan hanya bagian dalam semua rencanaku. Kamu adalah rencana itu. 

Jangan hanya berkata tak menyakiti namun diam-diam malah membuat luka di hati.
Jangan hilang tanpa mengabari, kamu tak mengerti bagaimana sulitnya aku mencari.
Jangan datang kembali hanya untuk pergi lagi, tingkahmu yang seperti itu membuat dadaku nyeri.

Aku masih di sini,
Dengan kesabaran yang masih bertahan.
Dengan rindu yang begitu menggebu.
Dengan cinta yang masih sama seperti sedia kala.
Dengan harapan yang semoga bisa lekas terwujudkan.
Dengan kesetiaan yang masih untukmu seorang.

Jumat, 05 Februari 2016

Aku Mencintaimu,

Kamu,
Duduklah sebentar, luangkan waktumu untuk membaca suratku. Tenang saja, tak sampai berjam-jam lamanya.

Jika katanya cinta tak butuh alasan, mungkin bisa benar bisa juga tidak. Jika cinta memang tak butuh alasan bagaimana bisa kamu memilihnya ? Pasti ada satu atau lain hal yang pada akhirnya membuatmu menjatuhkan hati padanya.

Aku mencintaimu. Karena itu aku memilihmu. Kamu tahu sendiri kan, aku tipikal perempuan yang sulit sekali untuk bertahan pada suatu pilihan. Aku selalu membuka hidupku pada siapa saja yang ingin memasukinya, tapi tak semua aku izinkan untuk tinggal di dalamnya. Pada akhirnya waktu akan menunjukan siapa yang bisa bertahan atau siapa yang bisa membuat pemiliknya nyaman. Semoga saja itu adalah dan selalu kamu.

Aku mencintaimu. Alasanku sederhana, hanya kamu. Kamu dengan sikap pendiammu yang begitu sulit untuk ditebak. Kamu dengan segala macam tembok penghalang hingga orang-orang sekelilingmu sulit untuk melihatmu. Kamu dengan segala rutinitas dan kesibukanmu.

Aku mencintaimu. Aku suka melihat caramu berjuang di masa lalu dan caramu dalam berusaha untuk menggapai sesuatu. Semua berhasil membuatku terharu.

Aku mencintaimu. Atas segala kecuekanmu dan keasikanmu pada duniamu. Lama-lama aku terbiasa dengan hal itu. Asal kamu tidak sampai melupakan aku.

Aku mencintaimu. Yang aku sadari, aku akan menyesal jika hari ini atau nanti aku tak memilihmu. Betapa bersyukurnya aku bisa bersamamu saat ini dan semoga saja sampai nanti.

Jangan pernah bosan dengan perempuan yang membosankan ini, ya.


#30HariMenulisSuratCinta Hari ke-6


Kamis, 04 Februari 2016

Permintaanku Sederhana,

Permintaanku sederhana,
Kau tetap bertahan saat semua kerapuhan yang ada telah ku tunjukkan. Menguatkannya kembali mudah saja, cukup hadirmu yang selalu ada. Tak melulu dengan rupa, hanya suara dan kata-kata pun aku sudah bahagia.

Permintaanku sederhana,
Kau akan selalu ada, tak peduli bagaimana kondisiku nantinya. Aku hanya membutuhkanmu di sana. Di setiap tawa yang tercipta maupun di setiap sakit yang diderita.

Permintaanku sederhana,
Kau akan selalu memperjuangkanku dengan sebagaimana mestinya. Akan tiba masanya kita akan dilanda kebosanan. Bisakah kau tetap membiarkannya ada dan berjuang untuk kembali menikmati masa-masa bahagia. Sehebat apapun lelaki yang menginginkanku, aku ingin hanya kamu yang tak pernah lelah untuk memperjuangkanku.

Permintaanku sederhana,
Kau akan menjadikanku satu-satunya. Nanti akan ada masa di mana kamu akan menemukan perempuan yang lebih baik atau bahkan lebih hebat daripada aku. Namun yang ku butuhkan kau tetap memilihku.

Permintaanku sederhana,
Tetaplah menjadi lelakiku. Teman terbaikku dan (kelak) teman hidupku. Menjadikan aku satu-satunya perempuan yang kamu cinta dan menjadi tujuanmu dalam fase hidup ke depannya.

Permintaanku sederhana,
Hanya kamu satu-satunya lelaki yang ku harapkan untuk mewujudkan semuanya dan segalanya tentang kita.


#30HariMenulisSuratCinta Hari ke-5

Rabu, 03 Februari 2016

Untuk Adikku

Teruntuk adik lelakiku,

Dulu kamu hanyalah anak laki-laki kecil yang begitu cengeng, yang sering sekali pulang cepat diantar oleh wali kelasmu saat duduk di bangku taman kanak-kanak. Kamu memang tak pernah membuat masalah, tapi mengapa kamu dulu bisa secengeng itu ? Kamu pun memiliki teman dekat yang selalu ada di sampingmu. Berangkat dan pulang bersama. Tak kan ada anak-anak nakal yang berani mengganggumu saat itu.

Di bangku sekolah kamu hanyalah murid dengan kepintaran rata-rata. Ingatkah bagaimana kamu merengek meminta kakakmu mengerjakan setiap pekerjaan rumahmu ? Jika aku tak mau pastilah aku yang terkena ceramah oleh mamah. Ah kamu itu memang benar-benar anak bungsu. 

Ingatkah kamu saat mamah mencarikan guru mengaji yang bisa dipanggil ke rumah ? Kita berdua sama-sama tak mau menjadi anak yang mengaji pertama. Lalu saat guru mengaji itu mulai melakukan tes bacaan shalat kamu masih terbata-bata melafalkannya.Aku pun mengomelimu, bagaimana bisa bacaan yang umum saja tidak bisa.

Kamu selalu memintaku untuk mengajarimu semua mata pelajaran terutama matematika. Entah kenapa kamu harus membenci matematika seperti anak lainnya. Tetapi kamu pandai dalam menghafal dan mengarang cerita. Sedangkan aku, payah sekali dalam hal semacam itu.

Kini, semua sudah berubah. Kamu bukan lagi adik laki-lakiku yang cengeng tapi kamu tetap saja tidak mau mengalah. Kepintaranmu mungkin hanya dalam kisaran rata-rata, tapi kamu memiliki keberuntungan yang luar biasa. Jika dulu kamu begitu terbata-bata melafalkan hafalan shalat, kini kamu adalah adik laki-laki yang begitu berguna. Kamu melakukan mentoring sana-sini dan menjadi murabbi bagi adik-adik kelas di bawahmu. Tetaplah menjadi anak leki-laki yang shalih dan tetaplah sabar dalam menuntun kakak perempuanmu ini ke jalan yang diridhai illahi. 

Salam Sayang,
Kakak Peremuanmu Satu-satunya

#30HariMenulisSuratCinta Hari ke-4

Selasa, 02 Februari 2016

Selamat Ulang Tahun,

Sudah hampir pukul delapan malam. Kurang dari lima jam lagi hari ini akan berakhir. Namun aku belum mengirimkan sepatah kata pun di hari kelahiranmu. Maaf, ya. Bukannya aku lupa, aku hanya sengaja untuk pura-pura lupa. Tapi tetap saja seharian aku dibayangi oleh ucapan-ucapan yang ingin ku kirimkan. Meski mungkin nantinya ucapanku ini bukan ucapan yang begitu puitis, tapi dengan senang hati akan tetap ku tulis.

Selamat ulang tahun, kamu.
Dua-puluh-lima-tahun-mu ini semoga menjadi usia yang senantiasa membuatmu bahagia. Waktu yang kita punya sangat sedikit. Kita tahu persis bahwa pertemuan kita selalu dapat diukur dalam hitungan menit. Namun kali ini, meski tanpa temu, kue, lilin dan hadiah. Aku di sini dengan doa dan harapan agar kamu senantiasa diberikan kekuatan dalam menghadapi beban keseharian yang semakin hari semakin bertambah beratnya, diberikan kesehatan untuk terus membahagiakan ayah-ibu beserta saudaramu dan semoga saja termasuk aku, dilimpahkan rezeki yang halal untuk bisa mencukupi kebutuhanmu sendiri dan orang-orang lain di sekelilingmu yang tentu saja membutuhkan bantuanmu ini.  

Tetaplah menjadi lelaki pembelajar, karna ilmu tak akan pernah selesai meski terus dikejar.
Tetaplah menjadi lelaki yang tak kenal lelah, karna yang kamu miliki sekarang tak lepas dari hasil jerih payah.
Tetaplah menjadi lelaki yang tak pernah menyerah, kamu boleh berkeluh kesah asal jangan membuatmu semudah itu menyerah karna kamu tak akan pernah tau apa kebaikan yang akan kamu dapat saat kamu menyerah.
Tetaplah menjadi lelaki yang rendah hati. Dagumu tidak boleh merendah tapi jangan pula sampai meninggi. 
Tetaplah menjadi kamu. Kamu yang tetap menjadi dirimu sendiri, tapi jangan sampai tak mau mendengar kritik dari orang sekelilingmu.

Berbahagialah, karena akan selalu ada yang mencintai dan mendoakan segala yang baik untukmu.


Bogor, 02 Februari 2016

Alif.

#30HariMenulisSuratCinta Hari ke-3

Senin, 01 Februari 2016

Merindu

Selamat Datang Februari,

Bulan yang kata semua orang adalah bulan penuh cinta. Bagiku semua bulan sama saja, yang berbeda mungkin hanya berapa banyak tanggal merah di dalamnya. Awal Februari diawali dengan hari senin dan pagi hari diiringi rintik gerimis. Suasana ruangan kerjaku pun semakin menjadi dinginnya ditambah dengan kondisiku yang ikut terserang penyakit flu. Tapi sebentar, surat ini takkan bercerita tentang aku, ataupun datangnya bulan baru. Aku akan menulis sedikit tentang rindu yang tertuju padamu. Ya. Kamu. Surat ini masih untuk kamu.

Bagaimana kabarmu hari ini ? Sungguh seharian aku diselimuti rasa rindu menunggu kabarmu yang tak kunjung berseru. Mungkin kamu sedang berbahagia dengan rutinitasmu sehingga tak satupun kata terkirimkan padaku. Atau mungkin saja di sana sedang ada kabar yang tak seharusnya diketahui olehku. Terlalu banyak kemungkinan-kemungkinan yang mengitari ruang pikiranku. Hingga aku sadar bahwa aku tengah merindu. Geli sekali aku rasanya menuliskan ini. Tak ubahnya seperti para remaja yang sedang dimabuk cinta.

Hari ini hampir tak ada satupun notifikasi darimu yang tertera di ponselku. Aku mulai tak karuan. Merasa kesal, menyusun rencana membalas dendam untuk mengabaikan pesanmu atau hanya menjawab singkat dengan kaya 'iya'. Namun sayangnya tak ada namamu yang muncul di layar. Dengan rintikan suara hujan dan dinginnya malam, aku tetap menanti, mendekap sunyi diri sendiri, hingga mungkin aku terlelap dengan sendirinya dan keesokan harinya aku sadar bahwa semalam aku tak menemukanmu, aku hanya ditemani rindu.



#30HariMenulisSuratCinta Hari ke-2
Surat ini tak dikirimkan melalui tukang pos karena sudah kehabisan waktu.