Pages

Jumat, 31 Oktober 2014

Untuk Ayah,

Dear ayah,
Surat ini aku tuliskan sebagai pengganti kata yang selama ini tak pernah terungkapkan. Aku tak menanyakan kabarmu seperti isi surat pembuka biasanya. Kerena aku tahu, kau akan selalu berusaha untuk terlihat baik-baik saja meski kenyataannya tak begitu. Engkau merawat keluarga dengan begitu sabarnya. Engkau mendidik ku dengan ketegasan dan kasih saying. Kau selalu menuruti apa mauku, jika apa yang ku mau tak pantas untukku kau akan menasihatiku bagaimana hal iu tak pantas untukku. Waktu kecil kau selalu memarahiku apabila aku begitu susah bangun dari tidur siangku untuk pergi mengaji, apabila aku begitu malas untuk belajar dan mengerjakan pekerjaan sekolahku. Kau selalu ingin yang terbaik untuk keluargamu.


Kini aku sudah beranjak dewasa, namun pengawasan terhadapku semakin kau buat menjadi siaga. Bagaimana aku bersikap dan dengan lawan jenis mana aku dekat selalu kau berikan nasihat. Meski belum menjadi seperti apa yang kau inginkan, segala yang terbaik akan ku lakukan. Kenangan manis semasa kecil akan selalu ada dalam ingatan Terimakasih ayah atas segala kebaikan yang selama ini engkau berikan. Aku sungguh mencintaimu, kau lah lelaki yang paling aku cintai di dunia ini. I love you to the moon and back, Dad.

#SehariMenuliSatu Day 11

Kamis, 30 Oktober 2014

Penerang Kehidupan

Ia berada dekat denganmu. Di kepalamu bahkan di hatimu. Ia yang selalu memenuhi ruang pikiranmu. Ia pun senantiasa ada di dalam relung hatimu. Tak semua manusia mungkin bisa tahu dan sadar. Semuanya tergantung apa yang mereka lakukan dalam menjalani kehidupan.

Ia adalah penciptamu, pemilik semesta beserta segala isinya. Ia akan selalu menerangi pikiranmu. Kala kau jauh dariNya pikiran dan hatimu akan didekap gelap. Ia adalah lampu penerang kehidupanmu. Kala terang, kau bisa melakukan segala hal dengan perasaan tenang, namun jika gelap kau tak bisa melakukan apapun. Seperti berada dalam gua yang gelap, kau bisa berjalan tapi tak tau arah tujuan. 

#SehariMenuliSatu Day 10

Rabu, 29 Oktober 2014

Lagu Untuk Ayah

Berbicara tentang musik tidak aka nada habisnya. Musik ada di dunia dan mengisi har-hari kehidupan manusia di bumi. Segala jenis musik tercipta dan menjadi selera masing masing orang. Adanya musik membuat kehidupan manusia lebih berwarna. Lagu-lagu yang tercipta memiliki makna tersendiri untuk pendengarnya. Sedih dan bahagia musik bisa menjadi sarana sebagai ungkapan rasa seorang manusia. Maka tak heran jika setiap orang memiliki lagu kesukaannya masing-masing sesuai dengan suasana hatinya.


Aku sendiri memiliki lagu yang bisa dibilang menjadi soundtrack kehidupanku. Ada Band – Yang terbaik bagimu, adalah salah satu yang bisa disebut soundtrack untuk kehidupanku. Setiap mendengarkan lagu itu aku pasti menitikan air mata. Lagu itu mengingatkanku akan ayah. Bagaimana indahnya masa kecilku, bagaimana segala yang kuiingkinkan selalu dituruti, bagaimana beliau selalu menasihati setiap kesalahan yang pernah ku perbuat. Melalui lagu ini aku ingin menyampaikan rasa sayang yang begitu mendalam kepada ayah. Tiada lelaki terbaik di dunia ini selain ayah. Tak heran jika anak perempuan begitu menyayangi ayahnya. Karena ayah adalah cinta pertama bagi anak peempuannya.

#SehariMenuliSatu Day 9

Selasa, 28 Oktober 2014

Mencintaimu Seperti Angin

Aku mencintaimu seperti angin,
Kala kau sedih, aku akan selalu ada
Layaknya angin yang selalu ada bersama hujan dengan setia.
Kala kau bahagia, aku akan tetap ada
Sebagai angin penyejuk untukmu yang bersuka ria.

Aku mencintaimu seperti angin,
Aku ada, namun kau tak mampu melihatnya
Kau hanya bisa merasakannya, itu pun jika kau peka
Jika kau tetap tak bisa merasakannya, aku akan tetap ada
Karena cintaku seperti angin, keberadaan dalam ketidak mampuanmu melihatnya


#SehariMenuliSatu Day 8

Senin, 27 Oktober 2014

Pulang

Aku sudah lelah berkelana. Mencari tempat untuk merebah lelah yang tak hanya sementara. Niatku tak ingin hanya singgah, aku ingin pindah. Rumahku yang sebelumnya rasanya hampa, aku ada namun seperti dianggap taka ada. Aku bahagia namun bahagiaku tak sempurna. Namun apa daya, semua niatanku sia-sia saja.

Kini aku kembali pulang. Seberapa sering aku singgah dan berpindah aku kembali lagi pada rumah yang senantiasa memperlakukanku dengan ramah. Aku sudah benar-benar lelah. Aku ingin merebah pada ia yang senantiasa ada dalam rumah. Meski tak sempurna, aku selalu merindukannya. Meski tak seindah yang lainnya aku selalu nyaman ada di dalamnya.Aku takkan lagi pergi, karna rumah ini adalah sebaik-baikya rumah untuk ku diami. Kecuali kau yang sudah tak menginginkan aku berada di sini. Aku memang pergi dan kembali, memang terlihat seperti sesuka hati. Namun percayalah, kau bukanlah rumah yang kujadikan cadangan, kau adalah rumah yang menjadikan tempatku untuk berpulang.



#SehariMenuliSatu Day 7

Minggu, 26 Oktober 2014

Perahuku

Perahuku masih melaju, mengapung setia di atas deras air yang masih mengalir. Sesekali ia mengikuti aliran air, namun lajunya tetap harus diatur agar tak berujung ditempat yang bukan tujuannku. Dalam perjalanannya perahuku sering berguncang akibat riak dan besarnya gelombang lautan kehidupan. Terkadang perjalanan ini begitu nyaman, mengarungi lautan dengan suasana menenangkan. Namun awan tak selalu biru, kala itu perahuku mulai diuji kekokohannya, akankah ia goyah dan tenggelam. atau malah tak lelah menghadapi badai yang menerjang.

Aku dan perahuku sendiri tak pernah tau seberapa panjang perjalanan yang harus ditempuh.Perjalanan ini terasa begitu jauh. Ketika senja mulai hilang dan malam mulai datang, kegelapan menjadi suatu cobaan perjalanan. Ketika matahari terbit dan pagi kembali, harapan baik mulai datang lagi. Aku tak pernah tau sampai kapan perahuku melaju menembus ruang dan waktu, mengarungi kehidupan yang penuh haru biru.

#SehariMenuliSatu Day 6

Sabtu, 25 Oktober 2014

I Can Be Your Band Aid

Aku sudah begitu lama mengenalmu. Bukan hanya satu atau dua hari saja. Sudah ratusan hari dan ribuan jam kita lalui bersama. Bukan untuk sekali atau dua kali juga kau membutuhkanku. Kau ceritakan lagi segala kesahmu, kau curahkan segala sedihmu, kau bagi juga luka yang sedang dirasakan olehmu. Aku dengarkan segala tentang kekasihmu. Kau tersakiti lagi dan lagi untuk sekian kali. Entah sampai kapan kau akan bertahan dengan cinta yang selalu menyakitimu. 

Aku memang tak mengerti bagaimana caramu mencintai, bagaimana caramu bisa bertahan meski sudah tersakiti. Mungkin membutuhkan waktu yang lama untuk menyembuhkan luka. Tapi kau harus sadar kau layak untuk bahagia. Aku memang tak bisa menyembuhkan luka yang kau rasa, but i can be your band aid. Pakai aku untuk menyembuhkan rasa sakitmu dan menutupi lukamu. Kau bisa melakukan itu kapanpun. Jika lukamu sudah mulai sembuh kau bisa melepas dan membuangnya. Seperti yang pernah aku katakan, "I can be your band aid.". 

#SehariMenuliSatu Day 5

Jumat, 24 Oktober 2014

Berkelana Seperti Kupu-kupu

Dia pernah terkucilkan. Hanya memiliki beberapa teman dan jarang sekali bepergian. Dia bukan dari keluarga bangsawan sehingga tak semua yang diinginkan bisa menjadi kenyataan. Keluarganya sederhana, ibunya hanya seorang ibu rumah tangga dan ayahnya seorang abdi negara yang penghasilannya tak seberapa. Namun itu semua tetap membuatnya bangga. Dia tak pernah lelah untuk berusaha. Meski prestasinya belum pernah sampai menjadi yang pertama dan belum pernah berhasil memasuki sekolah-sekolah impiannya hingga merasa begitu menyusahkan kedua orang tuanya. Namun, segala usaha tak pernah disesalinya, pasti ada kebaikan dari tiap kegagalan yang dialaminya.


Kini, segala yang diinginkan perlahan bisa diwujudkannya. Dia sudah berubah menjadi kupu-kupu dewasa. Padahal awalnya hanyalah ulat yang hadirnya tak banyak diinginkan manusia. Kini ia sedang berkelana, menghadapi bagaimana sesungguhnya kehidupan dunia. Kegagalan yang pernah dilaluinya tak pernah disesalinya. Dia tak pernah berhenti berusaha. Masih banyak hal yang harus dicapai dan dialami olehnya. Dia masih harus terbang ke satu bunga ke bunga lain untuk mengambil sarinya. Dia adalah aku. Aku berharap, semoga aku bisa sekuat dan seindah kupu-kupu. 

#SehariMenuliSatu Day 4

Kamis, 23 Oktober 2014

Terlalu Takut

Hari baru datang lagi, seperti biasanya aku bisa memandangmu lagi. Di setiap pagi dari balik jendela kelasku, aku terus menanti kedatanganmu. Bila kamu sudah datang sebelum bel sekolah berbunyi aku sungguh bahagia, karna aku bisa memandang wajahmu dulu di pagi hari, dari balik jendela kelasku. Jika setelah memarkirkan motor kau langsung tak acuh pada sekitar, aku akan terus memperhatikanmu jalan sampai menuju kelasmu. Namun, jika setelahnya kau malah memandangi sekitar, aku pasti akan bersembunyi dibalik tirai jendela kelasku. Aku terlalu takut jika kamu melihatku di balik jendela kelasku yang begitu dekat dengan parkiran. Padahal aku rasa kau pun tak akan melihatku. Apabila kamu masih tak kunjung datang ketika bel masuk sudah berbunyi, pada saat istirahat aku pasti akan mencari di mana kamu memarkirkan motormu. Alasanku hanya satu, agar ketika bel pulang sekolah aku tak sulit untuk mencari di mana kamu.

Di atas segala keinginanku untuk selalu melihatmu dan mencari tahu di mana keberadaanmu, aku terlalu takut untuk bertemu. Jika ada saat dimana kita berpapasan, hatiku selalu teriak begitu riang namun hal itu kusembunyikan di balik raut wajah tak peduliku saat bertemu denganmu. Aku terlalu takut jika aku tersenyum saat bertemu, kamu malah mengacuhkanku. Maka lebih baik aku yang lebih dulu tak acuh padamu.Aku ingin kamu melihat adanya aku di sekelilingmu, namun aku begitu takut untuk menunjukkan adanya aku. Entah sampai kapan aku menjadi pengagummu yang begitu bahagia ketika bertemu, namun selalu takut menunjukkan diri siapa aku. Takut akan penolakanmu, takut akan ketidaksukaanmu, dan segala ketakutan lain yang mungkin tak masuk akal. 

#SehariMenuliSatu Day 3

Rabu, 22 Oktober 2014

Pengukir Jejak Hidupku

Atas segala hal yang aku alami di  bumi ada sepasang sepatu yang selalu mengiringi. Mereka berbeda namun tetap satu tujuan. Mereka memiliki langkah masing-masing, tapi tetap tertuju ke tempat yang sama. Sepatuku adalah pengukir jejak langkah hidupku, perekam sejarah kehidupanku. Ia tau bagaimana aku memulai hari sampai dengan menyelesaikan segala tuntutan kehidupan. Sepatuku tahu lelah yang dirasa dalam setiap langkah dan semangat dalam setiap pijak. Dalam sepatu ada harapan, perjuangan dan pengorbanan yang terekam dalam setiap langkahku.

Ini sepatuku, hidupku. Pemilik semesta tlah memberiku segalanya sesuai dengan ukuranku, bukan ukuran manusia lain. Sama halnya dengan sepatu, setiap manusia pasti memiliki ukurannya masing-masing. Hidup manusia sudah dilukiskan oleh pemiliknya, bagaimana takdir yang akan yang dijalaninya, bagaimana rintangan yang akan dilaluinya. Semua tlah memiliki ukurannya masing-masing. Aku, kamu, kita hanya perlu bersyukur atas apa yang telah diberikannya. Tak perlu ragu apalagi ingin seperti orang lain. Ukuran sepatumu juga berbeda dengan ukuran orang lain, bukan ?

#SehariMenuliSatu Day 2

Selasa, 21 Oktober 2014

Seolah Nyata

Ada yang tampak seperti nyata saat ku memandangnya. Rupa yang cantik jelita dihiasi pipi yang merona, senyum manis dari bibir nan tipis, serta mata indah berbinar yang juga mempercantik aura wajahnya. Itu adalah aku. Ya, itu aku rupa keduaku dalam sebuah benda. Benda tak berwarna namun bisa memancarkan wajah siapapun yang sedang memandangnya. Menampakan wujud yang seperti nyata, padahal ia hanya bayangan saja, menampakan rupa apa adanya tanpa tau apa yang dirasakan si pemandangannya. Benda itu adalah cermin.


Dengan bayangan jelasku di cermin, hanya aku dan cerminku yang tahu ada kehampaan, kesedihan, kebahagiaan, serta segala rasa yang begitu sukar diluapkan. Ada haru dari setiap pandangan dua bola mata, ada jutaan kata-kata yang tak  tersampaikan dari senyum manis di bibir tipis ini. Cerminku, dihadapanmu tak ada yang dapat ku sembunyikan, kau tau segalanya tentang perasaanku, dihadapanmu tak ada hal yang dapat ku tutupi, segala yang terlihat nyata kau tau itu hanyalah palsu.


-tiarAlif-

#SehariMenulisSatu Day 1